BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konservasi adalah upaya pelestarian lingkungan,
tetapi tetap memperhatikan manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan
tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan
masa depan. Konservasi
itu sendiri berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con
(together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya
memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara
bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang
merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi.
Sedangkan
menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural
dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang.
Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi
dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk
sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya
alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.
Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri
dari tiga fase yakni bahan-bahan padat, cair dan gas. Fase padat hampir
menempati 50 % volume tanah sebagian besar terdiri dari bahan mineral dan
sebagian lainnya adalah bahan organik. Sisa volume selebihnya merupakan ruang
pori yang ditempati sebagian oleh fase cair dan fase gas yang perbandingannya
dapat bervariasi menurut musim dan pengelolaan tanah.
Tanah mendukung berbagai bentuk kehidupan, khususnya
pertumbuhan tanaman sebagai contoh utama. Tanah berfungsi sebagai tempat
tumbuhnya tanaman yang menangkap sinar matahari. Dengan fungsi tersebut tanah
berperan dalam siklus global karbon. Dismaping itu kebanyakan unsur-unsur dalam
usaha memelihara kehidupan berada pada siklus yang lebih berat ke tanah dalam
hubungan ini tanah menyediakan lingkungan yang cocok untuk terlaksananya
pelapukan bahan-bahan mati dengan cukup cepat melalui aktivitas mikroorganisme
terhadap senyawa- senyawa dasar untuk dapat segera menyusul memasuki kembali
siklus, terutama melalui vegetasi.
Tanah merupakan salah satu
faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pertanian. Sebagai salah satu
media tumbuhnya tanaman, tanah memerlukan perlakuan-perlakuan khusus sehingga
kesuburan tanah bisa dijaga dengan baik.
Konservasi tanah adalah serangkaian strategi
pengaturan untuk mencegah erosi tanah dari permukaan bumi atau
terjadi perubahan secara kimiawi atau biologi
akibat penggunaan yang berlebihan, salinisasi,
pengasaman,
atau akibat kontaminasi
lainnya.
Konservasi tanah pada
umumnya terdapat di berbagai tempat yang secara nyata berdampak pada
perbandingan panjang kemiringan tanah yang diakibatkan oleh air hingga tanah
menyusut.
Degradasi lahan yang terjadi selama ini
secara umum dikarenakan oleh erosi pada luasan tanah tertentu. Sehingga
hilangnya tanah pada karakter tertentu menggambarkan suatu hubungan tanah yang
tererosi oleh air. Faktor yang membuat tanah menjadi tipis oleh pengikisan yang
disebabkan karena pengolahan tanah secara berlebihan. Sehingga tanah yang akan
diolah harus diperhatikan secara intensif dengan prediksi dengan menegement
yang terorganisir.
1.2Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1.
Apa tujuan konservasi tanah ?
2.
Apa manfaat dan hambatan konservasi tanah ?
3.
Bagaimana cara atau teknik konservasi tanah ?
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan
makalah ini antara lain sebagai berikut:
1.
Memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Evaluasi Smberdaya Lahan yang diasuh oleh Drs.H.Sidharta Adyatma,M.Si
2.
Mengetahui dan memahami apa itu konservasi tanah dan tujuan konservasi tanah
3.
Mengetahui manfaat dan teknik
konservasi tanah
4.
Agar
dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam dan secara luas
mengenai konservasi tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Tanah
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik.
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses
pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri
atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh
tanah tersebut.
Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang
telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan
relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan
berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut
terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.
2.2
Karakteristik
Tanah
2.2.1 Tubuh Tanah
Tubuh tanah (solum) tidak lain adalah batuan
yang melapuk dan mengalami proses pembentukan lanjutan. Usia tanah yang
ditemukan saat ini tidak ada yang lebih tua daripada periode Tersier dan kebanyakan terbentuk
dari masa Pleistosen.
Tanah organik berwarna hitam dan merupakan
pembentuk utama lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi karena
mengandung beberapa asam organik (substansi humik)
hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya
miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil
dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami karena
memiliki sifat fisik gembur (sarang) sehingga mampu
menyimpan cukup air namun karena memiliki keasaman tinggi sebagian besar
tanaman pangan akan memberikan hasil terbatas dan di bawah capaian optimum.
Tanah non-organik didominasi oleh mineral. Mineral ini
membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk tanah: pasir, lanau (debu), dan lempung. Tanah pasiran didominasi
oleh pasir, tanah lempungan didominasi oleh lempung. Tanah dengan komposisi
pasir, lanau, dan lempung yang seimbang dikenal sebagai geluh (loam).
2.2.2 Warna Tanah
Warna tanah merupakan ciri utama yang paling
mudah diingat orang. Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam,
coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih.
Warna tanah
merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah. Warna tanah
berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang
dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan
spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah.
Makin luas permukaan spesifik menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah,
sehingga warna butir koloid tanah (koloid anorganik dan koloid organik) yang
memiliki luas permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat mempengaruhi
warna tanah. Warna humus, besi oksida dan besi hidroksida menentukan warna
tanah. Besi oksida berwarna merah, agak kecoklatan atau kuning yang tergantung
derajat hidrasinya. Besi tereduksi berwarna biru hijau. Kuarsa umumnya berwarna
putih. Batu kapur berwarna putih, kelabu, dan ada kala berwarna olive-hijau.
Feldspar berwarna merah. Liat berwarna kelabu, putih, bahkan merah, ini
tergantung proporsi tipe mantel besinya.
Selain warna tanah
juga ditemukan adanya warna karatan (mottling) dalam bentuk spot-spot. Karatan
merupakan warna hasil pelarutan dan pergerakan beberapa komponen tanah,
terutama besi dan mangan, yang terjadi selama musim hujan, yang kemudian
mengalami presipitasi (pengendapan) dan deposisi (perubahan posisi) ketika
tanah mengalami pengeringan. Hal ini terutama dipicu oleh terjadinya: (a)
reduksi besi dan mangan ke bentuk larutan, dan (b) oksidasi yang menyebabkan
terjadinya presipitasi. Karatan berwarna terang hanya sedikit terjadi pada
tanah yang rendah kadar besi dan mangannya, sedangkan karatan berwarna gelap
terbentuk apabila besi dan mangan tersebut mengalami presipitasi.
Karatan-karatan yang terbentuk ini tidak segera berubah meskipun telah
dilakukan perbaikan drainase.
Menurut
Hardjowigeno (1992) bahwa warna tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat
tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam
tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi
oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik,
warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah, dimana kandungan bahan
organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan
banyaknya senyawa Fe dalam tanah. Di daerah berdrainase buruk, yaitu di daerah yang
selalu tergenang air, seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat
dalam kondisi reduksi (Fe2+). Pada tanah yang berdrainase baik, yaitu tanah
yang tidak pernah terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+)
misalnya dalam senyawa Fe2O3 (hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3. 3 H2O
(limonit) yang berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang
basah dan kadang-kadang kering, maka selain berwarna abu-abu (daerah yang
tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di
tempat-tempat dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi ditempat
tersebut. Keberadaan jenis mineral kwarsa dapat menyebabkan warna tanah menjadi
lebih terang.
Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah tersebut dengan warna standar pada buku Munsell Soil Color Chart. Diagram warna baku ini disusun tiga variabel, yaitu: (1) hue, (2) value, dan (3) chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum. Chroma didefiniskan juga sebagai gradasi kemurnian dari warna atau derajat pembeda adanya perubahan warna dari kelabu atau putih netral (0) ke warna lainnya (19).
Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah tersebut dengan warna standar pada buku Munsell Soil Color Chart. Diagram warna baku ini disusun tiga variabel, yaitu: (1) hue, (2) value, dan (3) chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum. Chroma didefiniskan juga sebagai gradasi kemurnian dari warna atau derajat pembeda adanya perubahan warna dari kelabu atau putih netral (0) ke warna lainnya (19).
ü
Hue dibedakan menjadi 10 warna, yaitu:
(1) Y (yellow =
kuning), (2) YR (yellow-red), (3) R (red = merah), (4) RP (red-purple), (5) P
(purple = ungu), (6) PB (purple-brown), (7) B (brown = coklat), (8) BG
(grown-gray), (9) G (gray = kelabu), dan (10) GY (gray-yellow). Selanjutnya
setiap warna ini dibagi menjadi kisaran hue sebagai berikut: (1) hue = 0 – 2,5;
(2) hue = 2,5 – 5,0; (3) hue = 5,0 – 7,5; (4) hue = 7,5 – 10. Nilai hue ini
dalam buku hanya ditulis: 2,5 ; 5,0 ; 7,5 ; dan 10.
ü
Berdasarkan buku Munsell Saoil Color Chart nilai Hue dibedakan menjadi:
(1) 5 R; (2) 7,5 R;
(3) 10 R; (4) 2,5 YR; (5) 5 YR; (6) 7,5 YR; (7) 10 YR; (8) 2,5 Y; dan (9) 5 Y,
yaitu mujlai dari spektrum dominan paling merah (5 R) sampai spektrum dominan
paling kuning (5 Y), selain itu juga sering ditambah untuk warna-warna tanah
tereduksi (gley) yaitu: (10) 5 G; (11) 5 GY; (12) 5 BG; dan (13) N (netral).
ü
Value dibedakan dari 0 sampai 8,
yaitu
makin tinggi value menunjukkan warna makin terang (makin banyak sinar yang
dipantulkan). Nilai Value pada lembar buku Munsell Soil Color Chart terbentang
secara vertikal dari bawah ke atas dengan urutan nilai 2; 3; 4; 5; 6; 7; dan 8.
Angka 2 paling gelap dan angka 8 paling terang.
ü
Chroma juga dibagi dari 0 sampai 8,
dimana
makin tinggi chroma menunjukkan kemurnian spektrum atau kekuatan warna spektrum
makin meningkat. Nilai chroma pada lembar buku Munsell Soil Color Chart dengan
rentang horisontal dari kiri ke kanan dengan urutan nilai chroma: 1; 2; 3; 4;
6; 8. Angka 1 warna tidak murni dan angka 8 warna spektrum paling murni.
ü
Pencatatan warna tanah dapat menggunakan buku Munsell Soil Color Chart,
sebagai contoh:
(1) Tanah berwarna
7,5 YR 5/4 (coklat), yang berarti bahwa warna tanah mempunyai nilai hue = 7,5
YR, value = 5, chroma = 4, yang secara keseluruhan disebut berwarna coklat.
(2) Tanah berwarna
10 R 4/6 (merah), yang berarti bahwa warna tanah tersebut mempunyai nilai hue
=10 R, value =4 dan chroma = 6, yang secara keseluruhan disebut berwarna merah.
Selanjutnya, jika
ditemukan tanah dengan beberapa warna, maka semua warna harus disebutkan dengan
menyebutkan juga warna tanah yang dominannya. Warna tanah akan berbeda bila
tanah basah, lembab, atau kering, sehingga dalam menentukan warna tanah perlu
dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan basah, lembab, atau kering.
2.2.3 Struktur Tanah
Struktur tanah
merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan
partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat
dari hasil proses pedogenesis.
Struktur tanah
berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun
satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir dan
debu dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan
kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi
air dan udara juga akar tanaman untuk tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih
dalam. Sedangkan ruangan kosong yang kecil ( mikropori) memegang air untuk
kebutuhan tanaman. Idealnya bahwa struktur disebut granular.
Kedalaman atau
solum, tekstur, dan struktur tanah menentukan besar kecilnya air limpasan
permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah bersolum dalam (>90
cm), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air hujan
terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi air limpasan
permukaan (longsor). Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal, struktur padat, dan
penutupan lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang terinfiltrasi
dan sebagian besar menjadi aliran permukaan (longsor).
·
Pembentukan Agregat
Menurut
Gedroits (1955) ada dua tingkatan pembentuk agregat tanah, yaitu:
1. Kaogulasi koloid tanah (pengaruh Ca2+) kedalam agregat tanah mikro
2. Sementasi (pengikat) agregat mikro kedalam agregat makro.
Teori pembentukan tanah berdasarkan flokulasi dapat terjadi pada tanah yang berada dalam larutan, misal pada tanah yang agregatnya telah dihancurkan oleh air hujan atau pada tanah sawah. Menurut utomo dan Dexter (1982) menyatakan bahwa retakan terjadi karena pembengkakan dan pengerutan sebagai akibat dari pembasahan dan pengeringan yang berperan penting dalam pembentukan agregat.
Dapat diambil kesimpulan bahwa agregat tanah terbentuk sebagai akibat adanya interaksi dari butiran tunggal, liat, oksioda besi/ almunium dan bahan organik. Agregat yang baik terbentuk karena flokuasi maupun oleh terjadinya retakan tanah yang kemudian dimantapkan oleh pengikat (sementasi) yang terjadi secara kimia atau adanya aktifitas biologi.
1. Kaogulasi koloid tanah (pengaruh Ca2+) kedalam agregat tanah mikro
2. Sementasi (pengikat) agregat mikro kedalam agregat makro.
Teori pembentukan tanah berdasarkan flokulasi dapat terjadi pada tanah yang berada dalam larutan, misal pada tanah yang agregatnya telah dihancurkan oleh air hujan atau pada tanah sawah. Menurut utomo dan Dexter (1982) menyatakan bahwa retakan terjadi karena pembengkakan dan pengerutan sebagai akibat dari pembasahan dan pengeringan yang berperan penting dalam pembentukan agregat.
Dapat diambil kesimpulan bahwa agregat tanah terbentuk sebagai akibat adanya interaksi dari butiran tunggal, liat, oksioda besi/ almunium dan bahan organik. Agregat yang baik terbentuk karena flokuasi maupun oleh terjadinya retakan tanah yang kemudian dimantapkan oleh pengikat (sementasi) yang terjadi secara kimia atau adanya aktifitas biologi.
·
Faktor
yang mempengaruhi pembentukan agregat
1. Bahan Induk
Variasi
penyusun tanah tersebut mempengaruhi pembentukan agregat-agregat tanah serta
kemantapan yang terbentuk. Kandungan liat menentukan dalam pembentukan agregat,
karena liat berfungsi sebagai pengikat yang diabsorbsi pada permukaan butiran
pasir dan setelah dihidrasi tingkat reversiblenya sangat lambat. Kandungan liat
> 30% akan berpengaruh terhadap agregasi, sedangakan kandungan liat < 30%
tidak berpengaruh terhadap agregasi.
2. Bahan organik tanah
Bahan organik
tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami pencucian. Pencucian tersebut
dipercepat dengan adanya organisme tanah. Sehingga bahan organik dan organisme
di dalam tanah saling berhubungan erat.
3. Tanaman
3. Tanaman
Tanaman pada
suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang mantap. Akar tanaman
dapat menembus tanah dan membentuk celah-celah. Disamping itu dengan adanya
tekanan akar, maka butir-butir tanah semakin melekat dan padat. Selain itu
celah-celah tersebut dapat terbentuk dari air yang diserap oleh tnaman tesebut.
4. Organisme tanah
Organisme tanah
dapat mempercepat terbentuknya agregat. Selain itu juga mampu berperan langsung
dengan membuat lubang dan menggemburkna tanaman.Secara tidak langsung merombak
sisa-sisa tanaman yang setelah dipergunakan akan dikeluarlan lagi menjadi bahan
pengikat tanah.
5. Waktu
5. Waktu
Waktu
menentukan semua faktor pembentuk tanah berjalan. Semakin lama waktu berjalan,
maka agregat yang terbentuk pada tanah tersebut semakin mantap.
6. Iklim
6. Iklim
Iklim
berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan, pencairan.
Iklim merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan agregat
tanah.
·
Macam
macam struktur tanah
1.
Struktur tanah berbutir (granular): Agregat yang
membulat, biasanya diameternya tidak lebih dari 2 cm. Umumnya terdapat pada
horizon A yang dalam keadaan lepas disebut “Crumbs” atau Spherical.
2. Kubus
(Bloky): Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu vertikal. Jika
sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika sudutnya membulat maka
disebut kubus membulat (sub angular blocky). Ukuranya dapat mencapai 10 cm.
3. Lempeng
(platy): Bentuknya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu vertikalnya. Biasanya
terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi (deposited).
4. Prisma:
Bentuknya jika sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu horizontal. Jadi
agregat terarah pada sumbu vertikal. Seringkali mempunyai 6 sisi dan
diameternya mencapai 16 cm. Banyak terdapat pada horizon B tanah berliat. Jika
bentuk puncaknya datar disebut prismatik dan membulat disebut kolumner.
Di dalam tanah
dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu dipegang bersama pada
agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong yang
besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara juga akar
tanaman untuk tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruangan
kosong yang kecil ( mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman. Idealnya
bahwa struktur disebut granular.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman.
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman.
2.2.4 Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan
perbandingan kandungan partikel-partikel tanah primer yaitu debu, liat dan
pasir dalam satu masa tanah. Partikel tanah itu mempunyai ukuran serta bentuk
yang berbeda-beda yang dapat digolongkan ke dalam tiga fraksi seperti yang
disebutkan diatas. Ada yang berdiameter besar sehingga mudah untuk dilihat
dengan mata telanjang tetapi ada pula yang sedemikian halusnya seperti koloidal
sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam
istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih
khasnya, tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan
tanah liat (lempung). Laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan kimia
penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena tekstur ini
menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi.
Tekstur tanah
merupakan satu sifat fisik tanah yang secara praktis dapat dipakai sebagai alat
evaluasi atau jugging (pertimbangan) dalam suatu potensi penggunaan tanah.
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan relatif antara Pasir (sand) berukuran 2
mm – 50 mikron, debu (silt) berukuran 50 – 2 mikron dan liat (clay) berukuran
< 2 mikron. Klasifikasi tekstur ini berdasarkan jumlah partikel yang
berukuran < 2 mm. Jika dijumpai partikel yang > 2 mm dengan jumlah yang
nyata, maka penambahan / penyisipan kata – kata berkerikil atau berbatu
ditambahkan pada nama kelas tekstur tadi. Sebagai contoh lempung berbatu.
Tanah secara garis
besar dapat dibagi menjadi 2 kelas yaitu tanah bertekstur kasar dan tanah
bertekstur halus.
Tanah bertekstur
halus (dominant liat) memiliki permukaan yang lebih halus dibanding dengan
tanah bertekstur kasar (dominan pasir). Sehingga tanah–tanah yang bertekstur
halus memiliki kapasitas adsorpsi unsur–unsur hara yang lebih besar. Dan
umumnya lebih subur dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar. Karna banyak
mengandung unsure hara dan bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanah
bertekstur kasar lebih porus dan laju infiltrasinya lebih cepat. Walaupun
demikian tanah bertekstur halus memiliki kapasitas memegang air lebih besar
dari pada tanah pasir karna memiliki permukaan yang lebih luas. Tanah–tanah
berliat memiliki persentase porus yang lebih banyak yang berfungsi dalam
retensi air (water retension). Tanah–tanah bertekstur kasar memiliki makro
porus yang lebih banyak, yang berfungsi dalam pergerakan udara dan air.
·
Pengukuran Tekstur Tanah
-
Ambil tanah dan masukkan ke dalam tabung ukur sebanyak 10ml dan ditambah
aquadest sebanyak 20ml
-
Aduk dan diamkan sampai mengendap
·
Pegukuran pH Tanah dengan pH
indikator
-
Ambil tanah dan masukkan ke dalam gelas ukur kemudian larutkan dengan aquadest
-
Aduk, lalu tunggu sampai mengendap
-
Ukur pH sampel tersebut dengan pH indicator
·
Pegukuran pH Tanah dengan Soil
tester
-
Masukkan soil tester kedalam tanah yang sudah dibasahi terlebih dahulu dengan
aquadest
-
Diamkan alat tersebut hingga 10 menit untuk mendapatkan hasilnya.
NNo
|
Kelas Tekstur
|
Rasa dan Sifat Tanah
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
|
Pasir (s)
Pasir berlumpur (ls)
Lempung berpasir(sl)
Lempung berdebu (si.l)
Lempung (l)
Debu (si)
Lempung berliat (ci.l)
Lempung liat berpasir (s.cl.l)
Lempung liat berdebu (si.cl.l)
Liat berpasir (si.cl)
Liat berdebu (si.cl)
Liat (cl)
Liat berat (K)
|
Rasa kasar jelas, tidak membentuk bola
dan gulungan serta tidak melekat.
Rasa kasar sangat jelas, membentuk
bola yang mudah sekali hancur serta sedikit sekali melekat.
Rasa kasar agak jelas, membentuk bola
agak keras, mudah hancur serta melekat.
Rasa licin, membentuk bola teguh,
membentuk pita, lekat.
Rasa tidak kasar dan tidak licin,
membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat serta
melekat.
Rasa licin sekali, membentuk bola
teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat serta agak melekat.
Rasa agak kasar, membentuk bola teguh
(kering), membentuk gulungan jika dipijit, gulungan mudah hancur serta
melekatnya sedang.
Rasa kasar agak jelas, membentuk bola teguh (kering), membentuk
gulungan jika dipijit, gulungan mudah hancur serta melekat.
Rasa jelas licin, membentuk bola
teguh, gulungan, gulungan mengkilat serta melekat.
Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering sukar
dipijit, mudah di gulung serta melekat sekali.
Rasa agak licin, membentuk bola dalam
keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung serta melekat.
Rasa berat membentuk bola baik serta
melekat sekali.
Sama seperti rasa dan sifat tanah
liat, tetapi rasa berat sekali.
|
2.2.5
Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah menyatakan daya bahan tanah
melawan gaya tusuk, deformasi atau gaya pematahan. Konsistensi merupakan
ungkapan mekanik daya ikat antar partikel yang berkaitan dengan tingkat dan
macam kohesi dan adhesi. Ini berarti konsistensi oleh kadar air tanah. Faktor-faktor
lain yang berpengaruh adalah bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan
ukuran agregat, serta tingkat agregasi. Konsistensi berkaitan erat dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur tanah, seperti tekstur, macam liat,
dan kadar bahan organik. Tanah bertekstur sama dapat berbeda konsistensinya
karena berbeda macam litanya. Warna tanah adalah salah satu sifat tanah yang
dengan mudah dapat dilihat dan dapat menunjukkan terutama sifat fisiknya. Warna
tanah merupakan campuran dari komponen-komponen warna lain yang terjadi oleh
pengaruh berbagai faktor atau senyawa tunggal atau bersama yang memberikan
jenis warna tertentu.
Tanah yang mengandung lempung tinggi, kandungan bahan organik tinggi
dan mengandung lempung silikat akan bersiat plastis. Sedangkan tanah yang
memiliki struktur pasiran-sequioksida lebih lemah sifat plastisnya.Kohesi
diwujudkan oleh tarikan molekuler yang terdapat pada tanah yang berpermukaan
jenis besar, partikel-partikel tanah terletak dengan permukaan terluasnya
saling berhadapan dan partikel-partikel berada dekat satu dengan yang lain.
Kohesi paling besar terdapat dalam tanah kering dan menurun tajam dengan
masuknya air di sela-sela partikel tanah.
2.3 Jenis-jenis dan Proses
Pembentukan Tanah
2.3.1
Jenis –jenis Tanah
Indonesia adalah negara kepulauan
dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang berbeda-beda. Berikut ini
adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
1.Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari
lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
2. Tanah Pasir / Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan jenis
tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Tanah ini bersifat kurang baik bagi pertanian
karena terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir
kasar dan berkerikil yang belum mengalami proses pelapukan secara
sempurna . Jenis tanah
ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia.
3. Tanah Alluvial / Tanah Endapan
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur
sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur
dan cocok untuk lahan pertanian. Jenis tanah ini masih muda, belum
mengalami perkembangan. Bahannya berasal dari material halus yang diendapkan
oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah jenis ini banyak terdapat di daerah
datar sepanjang aliran sungai.
4. Tanah Podzolik
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di
pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin. Tanah
ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa
bulan kering, curah hujan lebih 2.500 mm/ tahun. Tekstur lempung hingga
berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warna merah, dan kering.
5. Tanah Vulkanik / Tanah Regosol
Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan
materi letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Tanah
ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran
terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah
Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
6. Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur
dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa
oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung.
7. Tanah Mediteran / Tanah Kapur
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang
terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku,
Jawa Tengah dan Jawa Timur.
8. Tanah Gambut / Tanah Organosol
Tanah jenis ini berasal dari
bahan induk organik dari hutan rawa,
mempunyai ciri warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debulempung,
tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara rendah. Tanah ini terbentuk karena adanya proses pembusukan dari sisa-sisa tumbuhan rawa. Banyak terdapat di rawa Sumatra, Kalimantan, dan Papua, kurang baik untuk pertanian maupun perkebunan karena derajat keasaman tinggi.
mempunyai ciri warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debulempung,
tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara rendah. Tanah ini terbentuk karena adanya proses pembusukan dari sisa-sisa tumbuhan rawa. Banyak terdapat di rawa Sumatra, Kalimantan, dan Papua, kurang baik untuk pertanian maupun perkebunan karena derajat keasaman tinggi.
·
Mengenal
Jenis Tanah dengan Gambar
Di seluruh
permukaan bumi terdapat aneka macam tanah, mulai dari yang paling gersang
sampai yang paling subur, berwarna putih, merah, coklat, kelabu, hitam, dengan
berbagai ragam sifatnya. Untuk mempermudah mengenal masing-masing jenis tanah
serta kemampuannya dalam usaha mempelajari dan menggunakan tanah, perlu
masing-masing jenis tanah diberi nama.
Pemberian nama atau istilah suatu jenis tanah dengan sendirinya berarti pula mengenal sifat kemampuan jenis tanah tersebut, sehingga memudahkan dalam memperbandingkan jenis tanah yang satu dengan jenis tanah yang lain.
Pemberian nama atau istilah suatu jenis tanah dengan sendirinya berarti pula mengenal sifat kemampuan jenis tanah tersebut, sehingga memudahkan dalam memperbandingkan jenis tanah yang satu dengan jenis tanah yang lain.
Di dunia
berdasarkan klasifikasi FAO terdapat 12 jenis ordo tanah, yang juga sering
dikenal jadi jenis tanah. Jenis-jenis tanah di Indonesia pertama kali disusun
dalam klasifikasi oleh Mohr. Kemudian Dudal dan Soepraptohardjo menyususn
klasifikasi tanah berdasarkan sistem USDA tahun 1938. Dua belas jenis tanah
yang ada di dunia dapat digambarkan berdasarkan profil tanah (bukaan lapisan
tanah).
1.
Entisols
Merupakan jenis tanah yang paling muda, biasanya berasal dari abu
vulkan dan endapan sedimen.
Di Indonesia tanah ini banyak
terdapat di sekitar daerah gunung berapi, biasanya ditandai dengan dominasi pasir. Warnanya dominan kelabu dan biasanya lapis
olahnya dangkal dan kadang sudah bertemu batuan di bawahnya. Keunggulan jenis tanah ini secara fisik adalah memiliki drainase dan
aerasi yang baik. Kelemahan tanah ini adalah miskin bahan organik dan juga hara tanah khususnya nitrogen. Pengelolaan untuk jenis
tanah ini sebaiknya perlu memperkaya bahan organiknya untuk memperbaiki struktur tanah yang porous dan juga sebagai sumber hara N.
Disamping itu juga meminimalkan kehilangan hara karena sifat porous tanah ini.
terdapat di sekitar daerah gunung berapi, biasanya ditandai dengan dominasi pasir. Warnanya dominan kelabu dan biasanya lapis
olahnya dangkal dan kadang sudah bertemu batuan di bawahnya. Keunggulan jenis tanah ini secara fisik adalah memiliki drainase dan
aerasi yang baik. Kelemahan tanah ini adalah miskin bahan organik dan juga hara tanah khususnya nitrogen. Pengelolaan untuk jenis
tanah ini sebaiknya perlu memperkaya bahan organiknya untuk memperbaiki struktur tanah yang porous dan juga sebagai sumber hara N.
Disamping itu juga meminimalkan kehilangan hara karena sifat porous tanah ini.
2.
Inceptisols
Tanah ini sudah lebih berkembang dibandingkan dengan Entisols.Tanah Inceptisols menyebar paling luas dibandingkan jenis tanah lainnya,
yaitu sekitar 70,5 juta ha atau sekitar 37,5% dari luas daratan Indonesia. Tanah ini dapat dijumpai terutama di pulau-pulau besar seperti: Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Yang perlu diperhatikan pada tanah ini adalah miskin K dan biasanya pH tanah sangat masam-agak
masam. Pengelolaan untuk tanah ini lebih pada memperkaya K dan menetralkan pH tanah.
Tanah ini sudah lebih berkembang dibandingkan dengan Entisols.Tanah Inceptisols menyebar paling luas dibandingkan jenis tanah lainnya,
yaitu sekitar 70,5 juta ha atau sekitar 37,5% dari luas daratan Indonesia. Tanah ini dapat dijumpai terutama di pulau-pulau besar seperti: Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Yang perlu diperhatikan pada tanah ini adalah miskin K dan biasanya pH tanah sangat masam-agak
masam. Pengelolaan untuk tanah ini lebih pada memperkaya K dan menetralkan pH tanah.
3.
Alfisols
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Kendala tanah ini adalah miskin N, P dan bahan organik, sehingga pengelolaannya lebih diarahkan pada memperkaya N, P dan bahan organik.
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400 m. Kendala tanah ini adalah miskin N, P dan bahan organik, sehingga pengelolaannya lebih diarahkan pada memperkaya N, P dan bahan organik.
4.
Ultisols
Tanah ini sering dikenal dengan PMK (Podsolik Merah Kuning). Memiliki lapisan akumulasi lempung. Tanah mineral telah berkembang, solum
(kedalaman) dalam, tekstur lempung hingga berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH kurang dari 5.5), kesuburan rendah hingga sedang, kejenuhan basa rendah, peka erosi. Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tuf vulkanik, bersifat asam. Tersebar
di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun. Kendala tanah ini adalah selain bersifat masam juga miskin
hara. Pengelolaan lebih diarahkan untuk meningkatkan pH tanah dan pemupukan K dan P.
Tanah ini sering dikenal dengan PMK (Podsolik Merah Kuning). Memiliki lapisan akumulasi lempung. Tanah mineral telah berkembang, solum
(kedalaman) dalam, tekstur lempung hingga berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH kurang dari 5.5), kesuburan rendah hingga sedang, kejenuhan basa rendah, peka erosi. Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tuf vulkanik, bersifat asam. Tersebar
di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun. Kendala tanah ini adalah selain bersifat masam juga miskin
hara. Pengelolaan lebih diarahkan untuk meningkatkan pH tanah dan pemupukan K dan P.
5.
Mollisols
Tanah ini berkembang pada vegetasi padang rumput atau lereng gunung, memiliki solum tanah yang dangkal. Bahan induk tanah ini berasal dari batuan kapur, sehingga kebanyakan ditemukan di daerah karst (berkapur). Keunggulan tanah ini adalah kaya bahan organik, struktur remah dan aerasi yang baik. Bisa dikatakan inilah tanah yang ideal, karena secara fisik dan kimia baik.Kendala pada tanah ini adalah topografi yang berbukit serta solum yang dangkal. Sehingga jika akan digunakan sebagai lahan budidaya sangat riskan terjadinya erosi. Kalaupun untuk budidaya tanaman lebih diarahkan sebagai tanaman tumpang sari dengan tanaman hutan rakyat (agroforestry). Biasanya pada tanah ini lebih diarahkan untuk hutan konservasi atau padang rumput.
Tanah ini berkembang pada vegetasi padang rumput atau lereng gunung, memiliki solum tanah yang dangkal. Bahan induk tanah ini berasal dari batuan kapur, sehingga kebanyakan ditemukan di daerah karst (berkapur). Keunggulan tanah ini adalah kaya bahan organik, struktur remah dan aerasi yang baik. Bisa dikatakan inilah tanah yang ideal, karena secara fisik dan kimia baik.Kendala pada tanah ini adalah topografi yang berbukit serta solum yang dangkal. Sehingga jika akan digunakan sebagai lahan budidaya sangat riskan terjadinya erosi. Kalaupun untuk budidaya tanaman lebih diarahkan sebagai tanaman tumpang sari dengan tanaman hutan rakyat (agroforestry). Biasanya pada tanah ini lebih diarahkan untuk hutan konservasi atau padang rumput.
6.
Vertisols
Tanah ini termasuk jenis yang unik diantara tanah mineral yang berkembang dari batuan kapur. Keberadaan mineral montmorilonit menyebabkan tanah ini mampu mengembang dan mengkerut. Pada musim penghujan akan mengembang, sementara pada musim kemarau tanah akan kering dan retak-retak. Kaya akan lempung, relatif memiliki pH netral sampai alkalin. Kendala dalam budidaya tanaman adalah sifat kembang kerut tanaman ini menyebabkan kerusakan pada perakaran tanaman (putus), selain miskin P, karena terikat mineral liat dan kandungan Ca yang tinggi. Jika akan digunakan untuk budidaya tanaman sangat perlu dipertimbangkan keberadaan irigasi.
Tanah ini termasuk jenis yang unik diantara tanah mineral yang berkembang dari batuan kapur. Keberadaan mineral montmorilonit menyebabkan tanah ini mampu mengembang dan mengkerut. Pada musim penghujan akan mengembang, sementara pada musim kemarau tanah akan kering dan retak-retak. Kaya akan lempung, relatif memiliki pH netral sampai alkalin. Kendala dalam budidaya tanaman adalah sifat kembang kerut tanaman ini menyebabkan kerusakan pada perakaran tanaman (putus), selain miskin P, karena terikat mineral liat dan kandungan Ca yang tinggi. Jika akan digunakan untuk budidaya tanaman sangat perlu dipertimbangkan keberadaan irigasi.
7.
Spodosols
Tanah ini mungkin termasuk salah satu tanah yang kurang baik untuk budidaya tanaman pertanian. Tingginya kandungan pasir kuarsa menyebabkan tanah ini relatif masam dan miskin hara. Selain itu juga adanya lapisan padas (akumulasi besi, aluminium dan bahan organik) menjadi kendala bagi perakaran tanaman yang sulit untuk menembusnya. Jika akan dikembangkan untuk budidaya pertanian, maka diperlukan tanaman yang memiliki perakaran dalam dan kuat menembus lapisan padas, disamping itu juga memerlukan input hara yang cukup tinggi. Lebih disarankan sebagai hutan konservasi.
Tanah ini mungkin termasuk salah satu tanah yang kurang baik untuk budidaya tanaman pertanian. Tingginya kandungan pasir kuarsa menyebabkan tanah ini relatif masam dan miskin hara. Selain itu juga adanya lapisan padas (akumulasi besi, aluminium dan bahan organik) menjadi kendala bagi perakaran tanaman yang sulit untuk menembusnya. Jika akan dikembangkan untuk budidaya pertanian, maka diperlukan tanaman yang memiliki perakaran dalam dan kuat menembus lapisan padas, disamping itu juga memerlukan input hara yang cukup tinggi. Lebih disarankan sebagai hutan konservasi.
8.
Oxisols
Banyak ditemukan di hutan hujan tropis, merupakan tanah khas tropis dan termasuk yang sudah tua. Sering dikenal sebagai tanah laterit, mengalami pelapukan lanjut, warna merah dan kekuningan. Termasuk tanah yang kurang subur karena didominasi oksida-oksida besi dan aluminum serta tingginya pelindian pada tanah ini sehingga miskin hara disamping kapasitas tukar kation rendah. Defisiensi P sangat tinggi karena terjadi fiksasi oleh mineral liat serta kemasaman tanah. Untuk budidaya sangat cocok untuk tanaman karet dan kelapa. Jika akan dibudidayakan perlu usaha untuk menetralkan pH tanah, penambahan bahan organik serta pemupukan P.
Banyak ditemukan di hutan hujan tropis, merupakan tanah khas tropis dan termasuk yang sudah tua. Sering dikenal sebagai tanah laterit, mengalami pelapukan lanjut, warna merah dan kekuningan. Termasuk tanah yang kurang subur karena didominasi oksida-oksida besi dan aluminum serta tingginya pelindian pada tanah ini sehingga miskin hara disamping kapasitas tukar kation rendah. Defisiensi P sangat tinggi karena terjadi fiksasi oleh mineral liat serta kemasaman tanah. Untuk budidaya sangat cocok untuk tanaman karet dan kelapa. Jika akan dibudidayakan perlu usaha untuk menetralkan pH tanah, penambahan bahan organik serta pemupukan P.
9.
Aridisols
Jenis ini hanya ditemukan di daerah yang memiliki iklim kering yang tegas, kondisi tanah lebih banyak kekurangan air, sangat rendah kandungan bahan organik, serta mengarah pada akumulasi garam pada permukaan. Termasuk tanah yang tidak subur, hanya tanaman yang toleran kekeringan dan kadar garam tinggi yang bisa bertahan pada jenis tanah ini.
Jenis ini hanya ditemukan di daerah yang memiliki iklim kering yang tegas, kondisi tanah lebih banyak kekurangan air, sangat rendah kandungan bahan organik, serta mengarah pada akumulasi garam pada permukaan. Termasuk tanah yang tidak subur, hanya tanaman yang toleran kekeringan dan kadar garam tinggi yang bisa bertahan pada jenis tanah ini.
10. Andisols
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik. Termasuk tanah yang subur,biasanya dimanfaatkan untuk persawahan terutama di pulau
Jawa. Sementara untuk tanaman lain seperti teh, tembakau, kopi, jagung dan buah-buahan. Kendala pada tanah ini adalah terikatnya P pada mineral tanah sehingga tidak tersedia. Pemupukan P sangat diperlukan pada tanah ini lewat daun sehingga tidak terikat mineral liat tanah.
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik. Termasuk tanah yang subur,biasanya dimanfaatkan untuk persawahan terutama di pulau
Jawa. Sementara untuk tanaman lain seperti teh, tembakau, kopi, jagung dan buah-buahan. Kendala pada tanah ini adalah terikatnya P pada mineral tanah sehingga tidak tersedia. Pemupukan P sangat diperlukan pada tanah ini lewat daun sehingga tidak terikat mineral liat tanah.
11. Histosols
Dikenal sebagai tanah organik (gambut), karena hampir 80% merupakan lapisan seresah tanaman. Kendala pada tanah ini adalah kemasaman yang ekstrim, kelarutan Al dan Fe yang tinggi serta keberadaan pirit. Pengelolaan pada tanah ini lebih diarahkan bagaimana memanfaatkan gambut yang dangkal dan bukan yang dalam. Juga pengolahan tanah yang mempertimbangkan kedalaman pirit, kesalahan dalam pengolahan tanah bisa berakibat munculnya kemasaman ekstrim akibat oksidasi pirit. Serta upaya untuk menetralisir kemasaman tanah untuk menciptakan suasana ketersediaan hara.
Dikenal sebagai tanah organik (gambut), karena hampir 80% merupakan lapisan seresah tanaman. Kendala pada tanah ini adalah kemasaman yang ekstrim, kelarutan Al dan Fe yang tinggi serta keberadaan pirit. Pengelolaan pada tanah ini lebih diarahkan bagaimana memanfaatkan gambut yang dangkal dan bukan yang dalam. Juga pengolahan tanah yang mempertimbangkan kedalaman pirit, kesalahan dalam pengolahan tanah bisa berakibat munculnya kemasaman ekstrim akibat oksidasi pirit. Serta upaya untuk menetralisir kemasaman tanah untuk menciptakan suasana ketersediaan hara.
12. Gelisols
Jenis tanah ini hanya terdapat pada daerah yang memiliki iklim dingin (tundra). Kendala pada tanah ini adalah kekurangan hara K dan Ca karena hilang akibat kondisi temperatur yang sangat dingin. Budidaya diarahkan pada tanaman toleran suhu rendah.
Jenis tanah ini hanya terdapat pada daerah yang memiliki iklim dingin (tundra). Kendala pada tanah ini adalah kekurangan hara K dan Ca karena hilang akibat kondisi temperatur yang sangat dingin. Budidaya diarahkan pada tanaman toleran suhu rendah.
2.3.2 Proses Pembentukan Tanah
· Pembentukan tanah di bagi menjadi empat tahap
- Batuan yang tersingkap ke permukaan bumi akan berinteraksi secara langsung dengan atmsosfer dan hidrosfer. Pada tahap ini lingkungan memberi pengaruh terhadap kondisi fisik. Berinteraksinya batuan dengan atmosfer dan hidrosfer memicu terjadinya pelapukan kimiawi.
- Setelah mengalami pelapukan, bagian batuan yang lapuk akan menjadi lunak. Lalu air masuk ke dalam batuan sehingga terjadi pelapukan lebih mendalam. Pada tahap ini di lapisan permukaan batuan telah ditumbuhi calon makhluk hidup.
- Pada tahap ke tiga ini batuan mulai ditumbuhi tumbuhan perintis. Akar tumbuhan tersebut membentuk rekahan di lapisan batuan yang ditumbuhinya. Di sini terjadilah pelapukan biologis.
- Di tahap yang terakhir tanah menjadi subur dan ditumbuhi tanaman yang ralatif besar.
Proses
pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun
pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan
berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai
tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur
batuan induk.
Proses
pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi
tanah. Nah, proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah. Sehingga
faktor yang mendorong pelapukan juga berperan dalam pembentukan tanah.
Curah hujan
dan sinar matahari berperan penting dalam proses pelapukan fisik, kedua faktor
tersebut merupakan komponen iklim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu
faktor pembentuk tanah adalah iklim. Ada beberapa faktor lain yang
memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu organisme, bahan induk, topografi,
dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
·
Faktor Pembentukan Tanah
Ada
beberapa faktor pembentukan tanah, diantaranya :
- Iklim
- Suhu
Jika suhu semakin tinggi maka makin cepat pula reaksi kimia berlangsung - Curah Hujan
Makin tinggi
curah hujan, makin tinggi pula tingkat keasaman tanah
- Bahan Induk
Yang
dimaksud bahan induk adalah bahan penyusun tanah itu sendiri yang berupa batuan
- Organik
Bahan organaik berpengaruh dalam pembentukan warna dan zat hara dalam tanah. - Makhluk Hidup
Semua
makhluk hidup berpengaruh. Baik itu jasad renik, tumbuhan, hewan bahkan
manusia.
- Topografi
Topografi alam dapat mempercepat atau memparlambat kegiatan iklim. Misalnya pada topografi miring membuat kecepatan air tinggi dan dapat meyebabkan terjadinya erosi. - Waktu
Lamanya bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah memainkan peran penting dalam menentukan jenis tanah yang terbentuk.
2.4 Manfaat Tanah
Banyak sekali kegunaan tanah bagi
kelangsungan hidup. Tanah sebagai tempat penyimpanan air dan tumbuhnya
tanaman serta pohon-pohon yang dapat menjaga kita dari bencana alam, seperti longsor.
Di dalam tanah atau perut bumi terkandung
unsur-unsur dan kekayaan alam yang tidak ternilai, contonhya minyak
bumi, batu bara, emas, dan lain-lain. Zaman
dahulu, konon tanah juga sering digunakan untuk menyimpan atau mengubur harta
karun.
Tanah pun dapat dijadikan barang atau hiasan
yang mengandung nilai komersil. Tanah liat dapat digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan batu bata dan kerajinan tangan seperti patung, vas bunga, guci, kendi atau teko, dan lain-lain.
·
Tanah bagi Masyarakat Purba
Pada zaman purba, tanah digunakan untuk membangun tempat tinggal dan
tempat pemujaan. Candi-candi dan piramid peninggalan zaman purba dibuat dari
tanah liat yang dibentuk menjadi batu bata, kemudian dibakar agar awet dan tidak
mudah pecah.
Selain digunakan untuk membuat bangunan, masyarakat purba menggunakan tanah untuk membuat peralatan rumah tangga, seperti
gerabah.
BAB
III
METODE
PENULISAN MAKALAH
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penulisan makalah ini adalah penulis
menggunakan studi kepustakaan . Adapun sumber-sumber data yang diambil, yaitu :
- Buku-buku tentang tanah dan konservasi sumberdaya alam
- Artikel-artikel dan makalah tentang konservasi tanah dari internet.
3.2Sistematika
Penulisan
Penulisan makalah ini dibagi atas lima bab pembahasan yang
secara garis besar diuraikan sebagai berikut :
Bab I merupakan Pendahuluan yang
berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penulisan
makalah. Bab II merupakan pembahasan
mengenai Tinjauan Pustaka yang berisi tentanga pengertian tanah, karakteristik
tanah, jenis-jenis dan proses pembentukan tanah, serta manfaat tanah. Bab III berisikan metode
penulisan makalah yang terdiri dari, teknik pengumpulan data dan sistematika
penulisan. Bab IV merupakan
pembahasan tentang tujuan konservasi tanah, manfaat dan hambatan konservasi tanah, serta cara atau
teknik konservasi tanah. Bab V
merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran terhadap permasalahan
yang telah di bahas pada pembahasan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tujuan Konservasi Tanah
Tanah sangat vital peranannya bagi semua
kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang
akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat
yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan
untuk hidup dan bergerak.
Menurut Sitanala Arsyad (1989), konservasi tanah adalah
penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan
kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang
diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.
Masalah
konservasi dan penggunaan sumberdaya yang bijaksana berbeda-beda bagi
masing-masing tipe sumberdaya. Untuk fund
resources atau sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, konservasi dimaksudkan sebagai usaha
mengembangkan penggunaan sumberdaya yang persediannya relatif tetap, sehingga
dapat memenuhi kebutuhan dalam waktu yang lebih panjang, hal ini melalui
pengurangan tingkat konsumi atau melakukan penghematan. Untuk flow resources atau sumberdaya yang
dapat diperbaharui, konservasi
dimaksudkan sebagai usaha pengurangan pemborosan yang bersifat ekonomi, dan
sekaligus memaksimumkan penggunaan yang dapat dilaksanakan secara ekonomis.
Sebagai contoh adalah penggunaan sumberdaya-sumberdaya selain air, cara yang
terbaik untuk membuat sumberdaya ini tetap ada atau bertahan dalam jangka waktu
yang panjang adalah dengan cara menghemat atau kebijakan non use (tidak menggunakan
sumberdaya) tersebut.
4.2 Manfaat dan Hambatan Konservasi Tanah
Pada dasarnya konservasi merupakan
pemberdayaan atau pemeliharaan terhadap alam dan makhluk hidup. Manfaat – manfaat konservasi
diwujudkan dengan:
1. Terjaganya kondisi alam dan lingkungannya,
berarti konservasi dilakukan dengan memelihara agar kawasan konservasi tidak
rusak.
2. Terhindarnya makhluk hidup dari
kepunahan, yang berarti jika gangguan-gangguan penyebab turunnya jumlah dan
mutu makhluk hidup terus dibiarkan tanpa upaya pengendalian akan berakibat
makhluk hidup tersebut menuju kepunahan bahkan punah sama sekali.
3. Terhindarnya dari bencana akibat
perubahan alam, berarti gangguan-gangguan terhadap flora dan fauna serta
ekosistemnya pada khususnya serta sumber daya alam pada umumnya menyebabkan
perubahan berupa kerusakan maupun penurunan jumlah dan mutu sumber daya alam
tersebut.
4. Mampu mewujudkan keseimbangan
lingkungan baik mikro maupun makro, bararti dalam ekosistem terdapat
hubungan yang erat antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
5. Mampu memberikan kontribusi
terhadap ilmu pengetahuan, berarti upaya konservasi sebagai sarana
pengamatan dan pelestarian flora yang sudah punah maupun belum punah dari
sifat, potensi maupun penggunaannya.
6. Mampu memberikan konstruksi
kepada kepariwisataan, berarti ciri-ciri dan objeknya yang karakteristik
merupakan kawasan ideal sebagai sarana rekreasi atau wisata alam.
Dalam pelaksanaan konservasi sering ditemui
hambatan-hambatan yang dapat dibedakan menjadi :
1. Hambatan fisik : Biasanya kita
mendapatkan sumber daya dalam keadaan sedemikian rupa (sudah tertentu),
misalnya tempatnya atau lokasinya, sehingga untuk menggunakannya manusia yang
harus menyesuaikan. Misalnya untuk dapat menggunakan suatu sumber daya dengan
baik maka kita harus membuat dulu dam, teras, menanam tanaman hutan dan
menerapkan teknik teknik lain untuk mengubah keadaan alam.
2. Hambatan ekonomi : Hambatan ekonomi dapat berupa
kurangnya modal untuk melaksanakan konservasi, kurangnya pengetahuan dan yang
ketiga adalah tidak stabilnya perekonomian.
3. Hambatan kelembagaan : Banyak orang melaksanakan
konservasi ini sebagai suatu kebiasaan atau adat istiadat, sehingga mereka
kurang memperhatikan manfaatnya.Konservasi ini harus dilakukan secara terpadu
oleh institusi yang dimiliki oleh negara agar ada arah yang jelas dan ini perlu
dibentuk lembaga yang menangani konservasi sumberdaya di setiap daerah.
4. Hambatan teknologi : Penggunaan
sumberdaya-sumberdaya akan tergantung antara lain oleh bentuk penyesuaian diri
manusia dan teknologi.Hubungan sumberdaya-sumberdaya dengan macam dan tingkat
teknologi sangat erat.Sebagai contoh tenaga matahari, yang dulu tidak banyak
digunakan, dengan adanya perkembangan teknologi sekarang ini banyak
digunakan.Hambatan teknologi ini dapat diatasi dengan cara meningkatkan
kemampuan pegetahuan teknologi yang dapat dipelajari dari negara-negara yang
sudah maju atau melakukan penelitian terhadap teknologi yang telah ada.
4.3 Cara atau Teknik Konservasi Tanah
Lahan
dalam hal ini adalah tata guna lahan. Pertumbuhan kota cenderung menuju
pinggiran kota, sedangkan kegiatan kegiatan masyarakat berada di pusat kota
sehingga akan terjadi arus kendaraan dari pinggiran kota menuju pusat kota.
Strategi untuk mengatasi hal tersebut adalah :
1)
Tata kota yang baik sehingga
terdapat keseimbangan antar emisi gas buang dan daya tampung lingkungan.
2)
Pembentukan / perencanaan kota
satelit sehingga jarak antara pemukiman dan pusat kegiatan tidak terlalu jauh
dan efektivitas penggunaan transportasi
3)
Mengurangi beban lingkungan akibat
emisi gas buang transportasi menuju pusat kegiatan dengan merelokasikan pusat
kegiatan tersebut apabila dimungkinkan. Contohnya Taman Marga Satwa ke daerah
pinggiran kota.
ü
Metode Konservasi Tanah
Metode konservasi tanah diarahkan
untuk merehabilitasi lahan kritis, mempertahankan kesuburan tanah, meningkatkan fungsi
hidrologis. Dengan mengembalikan kesuburan tanah maka manfaat yang kita
dapat adalah:
- sumber kelestarian air dapat terjaga dengan baik,
- dapat meningkatkan sumber daya alam,
- memperbaiki kualitas lingkungan hidup,
- meningkatkan produktivitas pertanian.
Metode konservasi tanah dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu metode mekanik dan metode vegetatif.
ü Metode Vegetatif
Metode vegetatif untuk konservasi tanah di antaranya
sebagai berikut.
- Pemilihan vegetasi tertutup, yaitu menutup lahan dengan menanam tanaman yang dapat tumbuh di lahan kritis.
- Pencegahan erosi, yaitu dengan cara membuat sengkedan pada lahan yang miring atau dengan penamanan tumbuhan di daerah lahan miring yang dapat mengikat tanah.
- Pengaturan kadar garam dalam tanah.
- Pengendalian keasaman tanah.
- Meningkatkan kelestarian organisme tanah yang menguntungkan.
- Pencegahan remediasi tanah dari kontaminasi zat kimia atau zat biologis.
- Mineralisasi tanah harus seimbang.
ü Metode Mekanik
Metode mekanik untuk konservasi tanah di antaranya
sebagai berikut.
- Pengolahan tanah berkontur.
- Pengolahan tanah secara minimum.
- Mengatur alur angin.
- Adanya rotasi tanaman, jadi tanah tidak hanya ditanamI satu jenis tanaman saja, melainkan adanya penggantian jenis tanaman.
- Pembuatan pematang, teras, atau gundulan tanah.
- Pembuatan terjunan air atau membuat alur air di lahan pertanian.
- Penggunaan pupuk alami.
- Pengistirahatan tanah.
Strategi yang biasanya dipakai dalam konservasi tanah,
yaitu:
- pemilihan vegetasi penutup lahan
- pencegahan erosi
- pengaturan kadar garam
- pengendalian keasaman
- meningkatkan kelestarian organisme tanah yang menguntungkan
- pencegahan dan remediasi tanah dari kontaminasi
- mineralisasi
Strategi lainnya yang biasa dipergunakan dalam bidang
pertanian yaitu:
- pertanian tanpa pengolahan tanah
- pengolahan tanah berkontur
- alur penahan angin (windbreak)
- rotasi tanaman
- penggunaan pupuk alami
- mengistirahatkan lahan
Banyak bidang ilmu yang terlibat dalam
upaya-upaya tersebut, diantaranya agronomi, hidrologi, ilmu tanah, kimia lingkungan,
meteorologi, mikrobiologi
dan teknik pertanian.
Rotasi tanaman, tanaman penutup lahan,
dan tanaman penahan angin dikatakan sebagai cara yang paling baik dalam
mencegah erosi permukaan tanah. Rotasi tanaman adalah proses pergantian tanaman
yang konvensional dan mudah dilakukan, untuk mencegah pengambilan nutrisi tanah yang berlebihan oleh satu jenis
tanaman saja. Tanaman penutup berfungsi sebagai pencegah tanah dari erosi,
pertumbuhan gulma, dan evapotranspirasi
berlebihan, namun tanaman penutup juga memiliki fungsi penting dalam menjaga
kualitas kimia tanah; misalnya tanaman Leguminoceae
untuk kelestarian kandungan nitrogen dalam
tanah dan tanaman Mucuna pruriens
untuk fosfor. Tanaman penahan angin ditanam dengan alur yang cukup
padat atau barisan pepohonan yang ditanam dengan alur yang paralel terhadap
arah angin.
Terdapat berbagai cara mekanik dalam menahan erosi air dan
angin. Cara utama adalah dengan membentuk mulsa tanah dengan cara menyusun
campuran dedaunan dan ranting pohon yang berjatuhan di atas tanah; dan
membentuk penahan aliran air, misalnya dengan membentuk teras-teras di perbukitan
(terasering) dan pertanian
berkontur. Desain
Keyline
adalah cara yang paling mutakhir dalam menentukan kontur dalam bercocok tanam.
·
Pengaturan kadar garam
Ion-ion yang bertanggung
jawab dalam proses salinasi tanah yaitu Na+, K+, Ca2+, Mg2+, dan Cl-. Kadar garam diperkirakan telah
memengaruhi sebanyak sepertiga lahan subur. Kadar garam dalam tanah secara
signifikan dapat memengaruhi metabolisme sebagian besar tanaman pertanian.
Kadar garam yang tinggi terdapat pada daerah kering akibat irigasi yang berlebihan atau di area
di mana permukaan air tanah asin cukup dangkal. Dalam kasus irigasi berlebihan,
garam menumpuk di permukaan tanah sebagai produk sampingan dari infiltrasi
tanah. Penggunaan humus dapat mencegah
salinisasi tanah lebih jauh lagi. Mekanismenya melibatkan pertukaran anion dan
kation hingga pH menjadi stabil dan mengeliminasi kelebihannya dari zona
perakaran
tanaman.
·
Persentase hidrogen tanah (keasaman, pH)
Tingkat pH
tanah
yang merugikan pertumbuhan tanaman dapat terjadi secara alami di beberapa
wilayah, dan secara non alami terjadi dengan adanya hujan asam dan kontaminasi
tanah.
Peran pH tanah adalah untuk mengendalikan ketersedian nutrisi bagi vegetasi
yang tumbuh di atasnya. Makronutrien (kalsium, fosfor, nitrogen, kalium, magnesium, sulfur) tersedia cukup bagi
tanaman jika berada pada tanah dengan pH netral atau sedikit beralkalin. Kalsium, magnesium,
dan kalium biasanya tersedia bagi tanaman dengan cara pertukaran kation dengan
material organik tanah dan partikel tanah liat. Ketika keasaman tanah
meningkat, ketersediaan kation untuk material organik tanah dan partikel tanah liat segera tercukupi sehingga
tidak ada pertukaran kation dan nutrisi bagi tanaman berkurang. Namun semua itu
tidak dapat disimplifikasi karena banyak faktor yang memengaruhi hubungan pH
dengan ketersediaan nutrisi, diantaranya tipe tanah (tanah
asam sulfat,
tanah basa, dsb), kelembaban tanah, dan faktor meteorologika.
·
Organisme tanah
Cacing
tanah, salah satu jenis organisme tanah yang menguntungkan
Melestarikan keberadaan organisme tanah yang menguntungkan
adalah salah satu unsur konservasi tanah. Organisme tanah yang menguntungkan
dapat berupa spesies makroskopik seperti cacing tanah, dan juga mikroorganisme. Keuntungan yang
diberikan oleh cacing tanah terhadap tanah diantaranya memberikan aerasi tanah dan
menyediakan nutrisi
makro
bagi tanah. Ketika cacing tanah mengekskresikan feses dalam bentuk
padatan, mineral dan nutrisi yang diperlukan oleh tanaman telah diseleksi oleh
cacing tersebut untuk diabsorpsi oleh akar tanaman. Feses cacing tanah
mengandung nitrogen lima kali lebih banyak dari tanah biasa, fosfat tujuh kali
lebih banyak, dan kalium sebelas kali lebih banyak. Seekor cacing dapat
memproduksi lebih dari 4,5 kg feses dalam setahun.
Kegiatan cacing yang terus menggali ke dalam tanah
memberikan porositas bagi tanah dan
aerasi yang cukup serta meningkatkan kemampuan drainase tanah.
·
Mineralisasi
Agar tanaman mendapatkan nutrisi yang diperlukan bagi
perkembangannya, mineralisasi aktif seringkali dilakukan. Hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan remahan batu yang mengandung mineral yang
dibutuhkan tanaman atau dapat menggunakan suplemen kimia tanah. Hal ini juga
bertujuan untuk mencegah hilangnya mineral makro maupun mikro dari dalam tanah.
Terdapat jenis mikroorganisme tanah yang sangat bermanfaat untuk mineralisasi
tanah, yakni mikoriza (vesikular arbuskular mikoriza).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari
hasil pembahasan mengenai konservasi tanah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1)
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri
atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh
tanah tersebut.
2)
Proses pembentukan tanah diawali
dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses
pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap
ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah
(regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan
terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah.
3)
Konservasi tanah
adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan
kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang
diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.
4)
Metode konservasi tanah diarahkan untuk merehabilitasi lahan kritis,
mempertahankan kesuburan tanah, meningkatkan fungsi
hidrologis.
5)
Pencemaran tanah terjadi
akibat masuknya benda asing (misalnya senyawa kimia buatan manusia) ke tanah
dan mengubah suasana/lingkungan asli tanah sehingga terjadi penurunan kualitas
dalam fungsi tanah.
5.2 Saran
1. Pendidikan masyarakat
sangat mempengaruhi dalam hal pemahaman akan pentingnya kesehatan dan
kesejahteraan. Tanah
sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung
kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar.
2.
Pencemaran dapat terjadi
karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas
komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan
tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut
minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke
tanah secara sembarangan (illegal dumping). Maka
dari itu diharapkan dengan pemahaman tentang pencemaran dan dampak yang
ditimbulkannya, kita semua dapat mencegahnya.
3.
Elemen masyarakat dan juga
pemerintahan dapat mengerti kondisi alam saat ini dan juga agar dapat mencintai
alam, namun tidak sedikit pula orang yang tega merusak alam tanpa memikirkan
dampak apa yang akan ditimbulkan di masa depan kelak, diperlukan pemikiran
serta tindakan yang matang agar alam kita ini tidak semakin rusak di masa anak
cucu kita dan juga agar alam kita ini semakin lestari.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah / di akses 7
Maret 2011
http://aditya-pandhu.blogspot.com/2010/03/proses-pembentukan-faktor-dan-jenis.html
/ di akses 7
Maret 2011
http://www.anneahira.com/klasifikasi-tanah.htm / di akses 7
Maret 2011
http://bwn123.wordpress.com/2008/09/06/struktur-tanah/ di akses 7
Maret 2011
http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2009/04/sifat-fisika-tanah-bagian-4-warna-tanah.html/ di akses 7 Maret 2011
http://mastegar.blogspot.com/2009/09/konsistensi-tanah.html/di akses 7
Maret 2011
Soerjani,
M dkk. 1987. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta